Thursday, October 31, 2013
KERJA OTAK - 1
Kemajuan dalam pengetahuan mengenai sistem syaraf menunjukkan bahawa otak memiliki kemampuan untuk membentuk neuron-neuron baru sepanjang waktu, memperbaharui dan mengorganisasi ulang struktur syaraf diotak insan, sepanjang riwayat hidupnya (plasticity, Antonio Damasio).
Pembentukan susunan neuron-neuron baru ini boleh dikelompokkan menjadi 3 kelompok dasar:
(I) Memperkuat perilaku yang sebelumnya sudah dibentuk.
(II) Mengembangkan atau memodifikasi perilaku yang sudah dibentuk.
(III) Mengakomodasi perilaku baru yang sebelumnya, yang belum pernah dibentuk (dipelajari).
Ketika sebuah perilaku yang sudah terbentuk (sudah dipelajari) dilakukan untuk kedua kalinya, maka otak akan mengirimkan signal (elektrik & kimiawi), yang kemudian akan memperkuat jalur neuron (sehubungan dengan perilaku tersebut) yang sudah terbentuk sebelumnya. Semakin kerap sesuatu perilaku tersebut diulang, maka struktur neuron yang berkenaan perilaku tersebut akan menjadi semakin tebal dan kuat.
Dan semakin struktur itu menjadi kuat, semakin besar kemungkinan, orang tersebut akan melakukan hal yang sama (bereaksi dengan cara yang sama) yang pada akhirnya membuat struktur itu menjadi lebih kuat lagi. Demikian seterusnya, hingga sebuah kebiasaan pun akhirnya terbentuk.
Sampai pada titik ini, yang awalnya merupakan satu proses pembelajaran atau tindakan secara sedar, ketika sudah sampai pada peringkat tertentu, maka semakin lama semakin kurang kesedaran yang diperlukan untuk memicu sesuatu perilaku tersebut dimana otak akan membawanya kealam bawah sedar, iaitu sesuatu perilaku tersebut akan bekerja dengan sendirinya, tanpa memerlukan lagi fikiran yang sedar untuk memicu sesuatu perilaku tersebut.
Contoh yang mungkin mudah dilihat dalam kehidupan sehari-hari, adalah proses ketika mempelajari sesuatu yang baru, misalnya belajar memandu kereta. Pada awalnya, otak bekerja keras secara sedar, mengatur setiap perbuatan seperti menekan kopling, memasukan gear, melepasnya secara perlahan dimasa yang sama menekan minyak dan seterusnya. Kemudian, ketika perilaku ini dilakukan secara berulang-ulang, sedikit demi sedikit proses ini berpindah ke alam bawah sedar. Dan ketika seseorang sudah mahir memandu, maka semua proses ini dilakukan tanpa perlu memikirkannya lagi.
Dalam proses ini, setelah perilaku itu dikuatkan dengan dilakukan beberapa kali, maka ianya akan dibawa ke arah alam bawah sedar, di mana kemudiannya, sesuatu perbuatan tersebut dilakukan tanpa menunggu pikiran sedar untuk memerintahkan hal tersebut dan ini akan meringankan kerja otak serta membantu insan untuk terus belajar dan berkembang, tidak terhenti pada satu proses pembelajaran saja. Proses berpindah ke alam bawah sedar, membuat insan memiliki ruang untuk mempelajari sesuatu yang baru atau untuk memikirkan hal-hal lain yang lebih penting.
Namun ianya juga memiliki bahaya yang tersendiri seperti mempelajari satu perilaku yang merugikan, hal yang sama juga terjadi. Dimana ketika perilaku yang merugikan memasuki kealam bawah sedar, maka sulitlah bagi insan untuk berperilaku yang sebaliknya, lantaran perilaku buruk tersebut, pada titik itu, menjadi sebagian atau tabiat dari kepribadian tersebut.
Misalnya perilaku panas baran, di mana biarpun pelakunya menyesal kemudian ketika kesedaran fikiranya mulai bekerja, namun demikian, perilaku yang sama akan kembali berulang, kerana hal itu sudah terakam di alam bawah sedarnya. Atau seperti disesuatu kumpulan masyarakat, kerap akan terjadi dimana muncul kesulitan besar ketika sebuah kebiasaan baru atau tertib yang baik hendak diterapkan, lantaran ahli-ahlinya telah bekerja mahupun berfikir dengan kebiasaan lama mereka sekian masa, sehingga perilaku tersebut (yang mungkin kurang efisien, merugikan atau bahkan berbahaya) sudah mengakar dialam bawah sedar mereka.
Saturday, October 26, 2013
Islam, sains dan teknologi dizaman Daulah Abbasiyah - 1
Selama beberapa dekade pasca berdiri Daulah Abbasiyah pada tahun 132H/750M, berhasil melakukan konsolidasi internal dan memperkuat kontrol atas wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Era kepemimpinan khalifah kedua, Abū Ja`far ibn `Abdullāh ibn Muhamad Al-Mansūr (137-158H/754-775M), menjadi titik yang cukup krusial dalam proses stabilisasi kekuasaan ini ketika ia mengambil dua langkah besar dalam sejarah kepemimpinannya. Iaitu; Pertama, menyingkirkan para musuh mahupun bakal calon musuh (potential and actual rivals) serta menumpas sejumlah perlawanan lokal di beberapa wilayah kedaulatan Abbasiyah; Kedua, meninggalkan Al-Anbār dan membangun Baghdad sebagai ibukota baru, yang kemudiannya menjadi lokus aktivitas ekonomi, budaya dan keilmuan dunia Muslim saat itu.
Berbicara mengenai gerakan penerjemahan yang terjadi di Era Abbasiyah sebenarnya tidak mampu dilepaskan dari upaya-upaya penerjemahan yang pernah dilakukan pada masa Dinasti Bani Umayyah. Saat itu, usaha penaklukan besar-besaran yang menambah wilayah-wilayah di tiga benua, serta pada saat keamanan politik dalam negeri relatif stabil, sebuah upaya penerjemahan telah dilakukan meski dalam skala kecil.
Sebagaimana diceritakan oleh para sejarahwan, Khālid ibn Yazīd ibn Mu'awiyah pernah memerintahkan dihadirkannya sejumlah filosof Yunani yang bermukim di Mesir dan menguasai bahasa Arab untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani dan Mesir Kuno (Qibti), khususnya yang terkait dengan ilmu medis dan kimia, ke dalam bahasa Arab. Selain itu, pada masa `Abdul Mālik ibn Marwān dan Al-Walīd ibn `Abdul Malik itu juga telah dilakukan penerjemahan dīwān dari bahasa aslinya, baik bahasa Pahlavi-Persia, Yunani maupun Mesir Kuno ke dalam bahasa Arab.
Suatu hal yang menarik untuk dicatat bahwa majoriti para penerjemah buku-buku kuno ke dalam bahasa Arab tersebut berasal dari warga non muslim (ahl al-dzimmah) seperti Yohana ibn Māsawayh, Hunayn ibn Ishāq, Ishāq ibn Hunayn, Hubaysh ibn al-A`sam, Tsābit ibn Qarrah al-Sābi'i, Yahya ibn al-Bitrīq, Iqlīdis ibn Nā`imah, Zarūbā ibn Mājwah al-Himsi, Āwī ibn Ayyub, Qustā ibn Lūqā, Astufun ibn Bāsīl, Salībā Ayyūb al-Rahāwi, Dārī` al-Rāhib dan lain-lain masih banyak lagi.
Selain gerakan penerjemahan, kemajuan ilmu dan peradaban Era Abbasiyah juga ditandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu keislaman, ilmu sosial dan sains. Di bidang ilmu-ilmu agama, Era Abbasiyah mencatat dimulainya sistematisasi beberapa cabang keilmuan seperti Tafsir, Hadits dan Fiqh. Khususnya sejak tahun 143 H, para ulama mulai menyusun buku dalam bentuknya yang sistematis baik di bidang ilmu Tafsir, Hadits mahupun Fiqh.
Diantara ulama tersebut yang terkenal adalah adalah Ibn Jurayj (w. 150 H) yang menulis kumpulan haditsnya di Mekah, Mālik ibn Anas (w. 171) yang menulis Al-Muwatta' nya di Madinah, Al-Awza`i di wilayah Syam, Ibn Abi `Urūbah dan Hammād ibn Salāmah di Basrah, Ma`mar di Yaman, Sufyān al-Tsauri di Kufah, Muhamad Ibn Ishāq (w. 151H) yang menulis buku sejarah (Al-Maghāzi), Al-Layts ibn Sa'ad (w. 175H) serta Abū Hanīfah.
Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam di Era Abbasiyah tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu agama atau yang biasa diistilahkan dengan `ulūm naqliyah saja, melainkan juga disertai dengan kemajuan ilmu-ilmu sains dan teknologi.
Pada era Hārūn al-Rashīd dan Al-Ma'mūn sejumlah teori-teori astronomi kuno dari Yunani direvisi dan dikembangkan lebih lanjut. Tokoh astronom muslim yang terkenal pada era Abbasiyah antara lain Al-Khawārizmi, Ibn Jābir Al-Battāni (w. 929), Abu Rayhān al-Biruni (w.1048) serta Nāsir al-Dīn al-Tūsi (w.1274). [9]
Sedangkan Ilmu fisika telah dikembangkan oleh Ibn Al-Haytsam atau yang dikenal di Barat dengan sebutan Alhazen. Beliau pula yang memegembangkan teori-teori awal metodologi sains ilmiyah melalui eksperimen (uji-cuba). Untuk itu beliau diberi gelaran sebagai "The real founder of physics". Ibn al-Haytsam juga dikenal sebagai bapak ilmu optic, serta penemu teori tentang fenomena pelangi dan gerhana.
Di bidang ilmu kimia era Abbasiyah mengenal nama-nama semisal Jābir ibn Hayyān (atau Geber di Barat) yang menjadi pioner ilmu kimia modern. Selain itu ada Abu Bakr Zakariya al-Rāzi yang pertama kali mampu menjelaskan pembuatan asam garam (sulphuric acid) dan alkohol. Dari para pakar kimia muslim inilah sejumlah ilmuwan Barat seperti Roger Bacon yang memperkenalkan metode empiris ke Eropa dan Isaac Newton banyak mengaut pengetahuan.
Dalam bidang kedoktoran muncul tokoh-tokoh seperti al-Kindi yang pertama kali mendemonstrasikan penggunaan ilmu hitung dan matematika dalam dunia medis dan farmakologi. Atau juga Al-Rāzi yang menemukan penyakit cacar (smallpox), Al-Khawarizmi, Ibn Sina dan lain-lain. Disebutkan pula, sebagai bukti lain yang menggambarkan kemajuan ilmu kedoktoran era Abbasiyah, bahwa pada zaman Khalifah Al-Muqtadir Billah (907-932M/295-390H) terdapat sekitar 860 orang yang berprofesi sebagai doktor.
Friday, September 20, 2013
Syiah sesat
Thursday, September 19, 2013
Realiti Arab spring
Turki dan bekas wilayah-wilayahnya. Sejak berabad-abad sehingga awal abad ke20, kerajaan Ottoman Turki menguasai semua wilayah yang kini dikenali sebagai Aljeria, Tunisia, Libya, Mesir, Lebanon, Syria, Yemen, Albania, Bosnia, Palestina dll.
Namun kemudian, satu-persatu wilayah-wilayah tersebut terlepas ketangan penjajah Eropa sehingga akhirnya terlepas semuanya dalam peperangan dunia pertama (1914-1918), dimana Turki yang menjadi sekutu Jerman-Austria menempuh kekalahan yang menyebabkan kekuasaan kerajaan Ottoman jatuh pada Inggris (British Mandate) dan Perancis (France Mandate) dibawah perjanjian Sykes-Picot Agreement. Seperti Lebanon dan Syria dibawah kekuasaan Perancis (France mandate) sementara Irak dan Palestina termasuk wilayah dibawah kekuasaan Inggris (British Mandate).
Turki yang telah kalah, dihapuskan sistem kekhalifahannya dan diganti dengan rejim Diktaktur-sekular Mustafa Kamal Artartuk. Dari situ juga, pihak penjajah belajar suatu tektik baru untuk mengawal wilayah Islam iaitu dengan mendirikan sistem Diktaktur-sekular. Atas itu, bilamana zaman penjajahan berakhir, maka semua wilayah tersebut iaitu Aljeria, Tunisia, Libya, Mesir, Iraq serta Syria, dibekalkan para-para Diktaktur-sekular.
Maka hilanglah kerisauan pihak penjajah lantaran wilayah-wilayah tersebut berjaya "ditidurkan" sekian lama, namun waktunya berlalu bila Arab revolusi mengambil tempat. Arab revolusi atau digelar "Arab spring" adalah suatu revolusi yang spontan berlaku, bukan dirancangkan. Ianya berlaku lantaran umat Islam diwilayah-wilayah tersebut tidak sanggup lagi "ditidurkan" dengan mimpi ngeri oleh para-para Diktaktur-sekular. Setelah menyaksikan bagaimana umat Islam diturki berjaya menundukkan saki-baki generasi Mustafa Kamal Artaktur yang terdiri daripada jeneral-jeneral tentera, maka bagaikan suatu tiupan semangat buat mereka untuk kembali merdeka dari cengkaman Diktaktur-sekular yang memang para diktaktur ini ditanam oleh pihak penjajah untuk melemahkan umat Islam.
Semoga Allah membantu umat Islam sekelian untuk mengembalikan zaman kegemilangannya dan semoga semuanya diberi hidayat serta dapat hidup dalam aman damai.
Monday, September 09, 2013
Layu dalam Melayu - PERJUANGAN KITA BELUM SELESAI
Sesungguhnya
Tidak ada yang lebih menyayat
Dari melihat bangsaku dijajah
Tidak ada yang lebih menyedihkan
Dari membiarkan bangsaku dihina
Aku lihat layu dalam Melayu
Aku pasti bukan aku seorang saja yang nampak
Ada juga bercadang bertanya tuan punya
Tapi bercampur risau dengan tak tergamak
Nanti dikata tak bersyukur, dikata tak sedar diri
Jadi aku menyendiri, memerhati dan akhirnya mengakui
Yang kita sendiri
Membiarkan bunga raya melayu ke kanan
Dan dibiar bunga tak cantik mekar di kiri
Aku lihat layu dalam Melayu
Tanah air kita yang punya
Kita siram, kita baja tapi angin api kita lupa
Mereka merancang masa menjilat bangsa
13 harimau bertukar menjadi mangsa
Kita lupa nenek moyang kaya-raya
Jangan sekali-kali digadai harta-bendanya
Ku lihat layu dalam Melayu
Ku lihat layu dalam Melayu
Ku lihat layu dalam Melayu
Takkan Melayu hilang di dunia
Ya... tapi apa guna tak hilang di dunia
Kalau kewujudan tidak dirasa
Petah berbahasa kudrat tak berjasa
Orang berbudi kita hanya tahu merasa
Selalu lari bila dirapat
Selalu malu bila soalan diaju
Selalu segan memberi pendapat
Rela mengikut dari meneraju
Belum nyanyi sudah bersorak
Suka berjanji dalam borak
Bukan kata tak ada otak
Cuma tak berfikir di luar kotak
Ku lihat layu dalam Melayu
Ku lihat layu dalam Melayu
Ku lihat layu dalam Melayu
Aku jadi sayu
Bunga menangis dia mendayu
Mahu jadi cantik tetapi ragu
Aku merayu
Bangunlah semula hidup kembali
Jangan tunggu matahari mati
Cepatlah mekar sebelum terlerai
Perjuangan kita belum selesai
Perjuangan kita belum selesai
Perjuangan kita belum selesai
Perjuangan kita belum selesai
Kerana hanya yang cekal dan tabah
Dapat membina mercu tanda bangsanya yang berjaya
Layu dalam Melayu - PERJUANGAN KITA BELUM SELESAI - Malique
Monday, August 12, 2013
Konspirasi diatas konspirasi
Hari ini, ramai yang terikut-ikut dengan
pemikiran akan konspirasi Zionis, konspirasi NWO, Freemasons,
Bilderberger, Knights Templar, Illuminati, Paganisme dan sebagainya
dengan hanya menuding jari kepada pihak kapitalis disebelah blok Barat
tetapi melupai suatu lagi landasan terbesar buat pergerakan Zionis ini,
iaitu disebelah pihak sosialism atau yang dikatakan blog Timur.
Sedangkan pemahaman Komunis sendiri terbina dari kelompok Zionis, iaitu Karl Marl dan dikembangkan ideologi ini keRusia oleh Lev Davidovich Bronshtein, yang menukar namanya kepada Leon Trostsky agar lebih kedengaran sebagai nama orang Rusia, sebagaimana juga Joseph Stalin, yang kedua-duanya merupakan pembunuh paling kejam dan berketurunan serta berlandaskan pemikiran Yahudi-Zionis. Sebegitu juga, sebilangan besar pihak atasan yang berkuasa dizaman komunis Soviet adalah dari kalangan pihak Zionis sendiri.
Perhatikan permainan fikiran oleh pihak Zionis keatas seluruh umat dunia hari ini. Dalam mana kapitalis dan sosialism, semuanya termasuk sebagai alat buat permainan pencatur mereka menguasai dunia dari setiap sudut dan lantasan buat mengukuhkan kedudukan mereka tidak kira dimana serta apa keadaannya. Banyaknya negara-negara Islam mahupun yang lain telah berjaya diperkotak-katiknya.
Kini era perang dingin antara kapitalis serta sosialism telah berakhir, namun permainan dibelakang tabir kerajaan “Shadow Hand - Zionis“ ini tetap berterusan, lantaran itu, umat Islam wajar sentiasa berhati-hati diatas perkara ini. Anasir-anasir yang berupa musuh-musuh Islam ini juga sentiasa cuba menangguk diair keruh, dengan mengambil kesempatan menyelitkan agenda-agenda mereka serta juga untuk memporak-porandakan negara-negara Islam agar negara-negara Islam sentiasa didalam keadaan lemah, namun dalam bab-bab konspirasi-konspirasi ini, wajar ditelaah dan dilihat dari sudut kedudukan sebenar umat-umat Islam, bukan selain darinya.
Ini kerana, kekadang, terdapat pihak-pihak yang lantaran terlalu menghadam teori konspirasi-konspirasi, mana-mana kebangkitan rakyat umat Islam untuk menuntut kembalinya keadilan, keaman serta agar agama Islam dapat diamalkan dinegara mereka, terus dituduh sebagai konspirasi Barat sedangkan nyata, pemerintah yang ditentang jelas-jelas kalangan mereka yang zalim, menindas, mengekang umat Islam untuk beramal, membiarkan rakyatnya menderita serta membantu musuh Islam seperti Ben Ali, Hosni Mubarak, Bashar Assad dan lain-lain.
Sedangkan pemahaman Komunis sendiri terbina dari kelompok Zionis, iaitu Karl Marl dan dikembangkan ideologi ini keRusia oleh Lev Davidovich Bronshtein, yang menukar namanya kepada Leon Trostsky agar lebih kedengaran sebagai nama orang Rusia, sebagaimana juga Joseph Stalin, yang kedua-duanya merupakan pembunuh paling kejam dan berketurunan serta berlandaskan pemikiran Yahudi-Zionis. Sebegitu juga, sebilangan besar pihak atasan yang berkuasa dizaman komunis Soviet adalah dari kalangan pihak Zionis sendiri.
Joseph Stalin, nama sebenarnya adalah
Joseph Djugashvili, dalam bahasa Georgian, “shvili“ bererti anak
kepada, manakala Djuga bererti Jewish (Djugashcili – anak Jewish /
Jewison). Semasa zaman revolusi, beliau menukar namanya kepada
Josep Stalin. Beliau juga sepanjang hayatnya memiliki 3 orang isteri
yang semuanya berbangsa Yahudi iaitu yang pertama bernama Ekaterina
Svanidze, kedua bernama Kadya Allevijah dan yang ketiga bernama Rosa
Kaganovich.
Perhatikan permainan fikiran oleh pihak Zionis keatas seluruh umat dunia hari ini. Dalam mana kapitalis dan sosialism, semuanya termasuk sebagai alat buat permainan pencatur mereka menguasai dunia dari setiap sudut dan lantasan buat mengukuhkan kedudukan mereka tidak kira dimana serta apa keadaannya. Banyaknya negara-negara Islam mahupun yang lain telah berjaya diperkotak-katiknya.
Kini era perang dingin antara kapitalis serta sosialism telah berakhir, namun permainan dibelakang tabir kerajaan “Shadow Hand - Zionis“ ini tetap berterusan, lantaran itu, umat Islam wajar sentiasa berhati-hati diatas perkara ini. Anasir-anasir yang berupa musuh-musuh Islam ini juga sentiasa cuba menangguk diair keruh, dengan mengambil kesempatan menyelitkan agenda-agenda mereka serta juga untuk memporak-porandakan negara-negara Islam agar negara-negara Islam sentiasa didalam keadaan lemah, namun dalam bab-bab konspirasi-konspirasi ini, wajar ditelaah dan dilihat dari sudut kedudukan sebenar umat-umat Islam, bukan selain darinya.
Ini kerana, kekadang, terdapat pihak-pihak yang lantaran terlalu menghadam teori konspirasi-konspirasi, mana-mana kebangkitan rakyat umat Islam untuk menuntut kembalinya keadilan, keaman serta agar agama Islam dapat diamalkan dinegara mereka, terus dituduh sebagai konspirasi Barat sedangkan nyata, pemerintah yang ditentang jelas-jelas kalangan mereka yang zalim, menindas, mengekang umat Islam untuk beramal, membiarkan rakyatnya menderita serta membantu musuh Islam seperti Ben Ali, Hosni Mubarak, Bashar Assad dan lain-lain.
Sunday, August 11, 2013
Al-Ghazwul Fikri (peperangan minda)
Al-Ghazwul Fikri telah sekian lama melanda
dunia Islam. Ianya adalah dari dua patah perkataan iaitu al-Ghazw dan
al-Fikr. Al-Ghazw bermakna perang atau serangan manakala al-Fikr pula
bermakna pemikiran (minda).
Dari segi definisi secara umum, ianya adalah satu gugusan usaha yang dilakukan oleh satu pihak atau bangsa untuk menjajah pihak atau bangsa yang lain dengan mempengaruhi mindanya sehingga mereka menghala ke arah yang sama.
Strategi Al-Ghazwul Fikri yang dilakukan oleh pihak musuh Islam ini dalam mengawal minda umat Islam boleh diklaskan sebagai::
Pertama – Tasykik, iaitu gerakan yang berupaya menciptakan keraguan dan kedangkalan (superficiality) aqidah umat Islam terhadap ajaran agamanya. Misalnya, tindakan segelintir manusia yang menyerang (memperlecehkan) Al-Qur’an dan Hadits, menghina Nabi Muhammad S.A.W atau berkempen bahawa hukum Islam tidak sesuai dengan tuntutan cara hidup zaman sekarang.
Kedua – Tasywih, iaitu gerakan yang berupaya menghilangkan kebanggaan umat Islam terhadap ajaran agamanya. Anologinya dengan memberikan gambaran Islam secara buruk sehingga timbul rasa rendah diri (inferiority) di kalangan umat Islam. Di sini, mereka melakukan penceritaan (naratif) negatif tentang agama Islam melalui media massa dan ceramah dengan menggambarkan bahawa agama Islam itu kelihatan menyeramkan, kejam, sadis, radikal dan lain-lain istilah yang kurang menyenangkan pendengarnya.
Ketiga – Tadzwib, iaitu usaha pencairan budaya dan pemikiran (dilution of culture and thought). Di sini, kuffar dan munafiqin telah mencampur-adukkan antara hak dan batil di antara ajaran Islam dan bukan Islam. Sehingga umat Islam kekeliruan dan kebingungan untuk mendapatkan bimbingan atau pedoman hidup.
Keempat – Taghrib, iaitu usaha menceritakan kelebihan pihak luar Islam dengan mengalak atau mendorong umat Islam untuk menerima pemikiran dan budaya mereka seperti sekularisme, pluralisme, nasionalisme songsang, dan liberalisme.
Perkara ini telah diberi amaran didalam Al quran juga hadith Nabi:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah S.W.T Itulah petunjuk (yang benar)”; dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah S.W.T tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al-Baqarah ayat 120)
“Daripada Abu Said Al-Khudri R.A daripada Nabi S.A.W sabda baginda: Kamu pasti akan mengikut jejak langkah umat sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun tentu kamu mengikutnya. Kami berkata: Wahai Rasulullah, adakah maksudmu Yahudi dan Nasrani? Kata baginda: Siapa lagi (jika bukan mereka).” - (Bukhari)
Hari ini, telah jelas bagaimana Al-Ghazwul Fikri ini dilakukan saban waktu oleh pihak musuh Islam. Lantaran itu, cara yang utama dalam menangkis serangan minda dari pihak musuh Islam adalah dengan menghidupkan sentiasa usaha dakwah dimana, hati dan pemikiran disatukan pertama-tamanya untuk bagaimana mengajak insan semua termasuk diri agar sentiasa cuba menuju jalan Allah.
Dari segi definisi secara umum, ianya adalah satu gugusan usaha yang dilakukan oleh satu pihak atau bangsa untuk menjajah pihak atau bangsa yang lain dengan mempengaruhi mindanya sehingga mereka menghala ke arah yang sama.
Strategi Al-Ghazwul Fikri yang dilakukan oleh pihak musuh Islam ini dalam mengawal minda umat Islam boleh diklaskan sebagai::
Pertama – Tasykik, iaitu gerakan yang berupaya menciptakan keraguan dan kedangkalan (superficiality) aqidah umat Islam terhadap ajaran agamanya. Misalnya, tindakan segelintir manusia yang menyerang (memperlecehkan) Al-Qur’an dan Hadits, menghina Nabi Muhammad S.A.W atau berkempen bahawa hukum Islam tidak sesuai dengan tuntutan cara hidup zaman sekarang.
Kedua – Tasywih, iaitu gerakan yang berupaya menghilangkan kebanggaan umat Islam terhadap ajaran agamanya. Anologinya dengan memberikan gambaran Islam secara buruk sehingga timbul rasa rendah diri (inferiority) di kalangan umat Islam. Di sini, mereka melakukan penceritaan (naratif) negatif tentang agama Islam melalui media massa dan ceramah dengan menggambarkan bahawa agama Islam itu kelihatan menyeramkan, kejam, sadis, radikal dan lain-lain istilah yang kurang menyenangkan pendengarnya.
Ketiga – Tadzwib, iaitu usaha pencairan budaya dan pemikiran (dilution of culture and thought). Di sini, kuffar dan munafiqin telah mencampur-adukkan antara hak dan batil di antara ajaran Islam dan bukan Islam. Sehingga umat Islam kekeliruan dan kebingungan untuk mendapatkan bimbingan atau pedoman hidup.
Keempat – Taghrib, iaitu usaha menceritakan kelebihan pihak luar Islam dengan mengalak atau mendorong umat Islam untuk menerima pemikiran dan budaya mereka seperti sekularisme, pluralisme, nasionalisme songsang, dan liberalisme.
Perkara ini telah diberi amaran didalam Al quran juga hadith Nabi:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah S.W.T Itulah petunjuk (yang benar)”; dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah S.W.T tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al-Baqarah ayat 120)
“Daripada Abu Said Al-Khudri R.A daripada Nabi S.A.W sabda baginda: Kamu pasti akan mengikut jejak langkah umat sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun tentu kamu mengikutnya. Kami berkata: Wahai Rasulullah, adakah maksudmu Yahudi dan Nasrani? Kata baginda: Siapa lagi (jika bukan mereka).” - (Bukhari)
Hari ini, telah jelas bagaimana Al-Ghazwul Fikri ini dilakukan saban waktu oleh pihak musuh Islam. Lantaran itu, cara yang utama dalam menangkis serangan minda dari pihak musuh Islam adalah dengan menghidupkan sentiasa usaha dakwah dimana, hati dan pemikiran disatukan pertama-tamanya untuk bagaimana mengajak insan semua termasuk diri agar sentiasa cuba menuju jalan Allah.
Sunday, August 04, 2013
Updated
Updated samsung tab, dari android 4.1.2 ke android 4.2.2. Iman pula, belum updated lagi, sedangkan ramadan hampir kepenghujung... semoga dapat melipat-gandakan lagi amalan solehan agar dapat mengupdatedkan iman. ...zarch
Wednesday, July 10, 2013
Saturday, June 01, 2013
Kebebasan bersuara - 1
Menururt
pandangan Imam al-Jurjani rah. berkenaan kebebasan bersuara: “Keluar
daripada pengabdian terhadap makhluk dan memutuskan sebarang bentuk
ikatan dan kesibukan dengannya”.
Oleh itu, kebebasan bersuara
atau menyuarakan pendapat adalah anugerah daripada Allah Taala yang
perlu digunakan selari dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi s.a.w.
yang mengikut tata-tertib dan adab-adab Islam. Dimana prinsip kebebasan
bersuara hendaklah selari dengan prinsip didalam agama Islam serta dalam
batas-batas menghormati hak-hak individual lainnya.
Sedang dalam sistem demokrasi yang mendoktrin minda masyarakat bahawa
kebebasan bersuara atau pendapat adalah hak mutlak juga dilihat ada
kebaikannya, namun ianya sering sampai menafikan nilai akhlak serta
kebenaran, mahupun hak-hak peribadi sesebuah pihak. Berhak bersuara
sampai menganggu hak peribadi pihak lain mahupun menutup kebenaran yang
dimiliki oleh sesuatu pihak minoriti lantaran yang bersuara tersebut
adalah pihak majoriti.
Menggambarkan manusia sebagai “makhluk
yang bebas untuk hidup bergerak, tidak dibelenggu dengan sebarang
kerisauan dan tidak memandang kepada kehancuran sesuatu nilai dan
akhlak”.
Hak kebebasan bersuara adalah hak asasi manusia
sebagaimana didapati dalam Perkara 19 (Perisytiharan Hak Asasi Manusia
Sejagat) dan diiktiraf undang-undang antarabangsa dalam Perjanjian
Antarabangsa tentang Hak-hak Sivil dan Politikal (ICCPR).
Hak
bersuara adalah asas untuk memperkatakan atau mendakwahkan kebenaran
namun ia juga sebagai asas untuk mendakyahkan kebatilan kerana serampang
dua mata yang dimiliki.
Andai dirujuk kembali dalam
Perundangan Perancis selepas berlakunya Revolusi Perancis secara
besar-besaran pada 1789 Masihi lalu dan seterusnya menjadi acuan buat
hak bersuara mengikut Barat, akan dapati dalam dokumen hak asasi manusia
ketika itu menyatakan “Hak Kebebasan Bersuara”.
Semuanya itu
adalah daripada kefahaman yang di asaskan oleh golongan-golongan yang
berfahaman Sekular, Liberal dan Demokrat bagi memberi ruang
seluas-luasnya untuk menyatakan suara dan pendapat mereka.
Maka kebebasan bersuara dikalangan masyarakat Barat yang menjadi rujukan serta ikutan diseluruh dunia boleh dikatakan berunsur:
1. Kebebasan bersuara secara mutlak
2. Tidak semestinya berpandukan kepada nilai dan akhlak
3. Suara majoriti adalah benar walaupun tidak selari dengan kehendak agama
4. Tujuan menghalalkan cara
Bersambung...
Kajian keatas pengertian Kebangsaan/Nasionalisme - 2
Perkataan
kebangsaan juga dimaknakan sebagai ashabiyah, namun begitu, perkataan
ashabiyah membawa dua pergertian iaitu ashabiyah tercela dan ashabiah
terpuji, sebagaimana perkataan bidaah, satu disebut bidaah dholalah
iaitu bidaah tercela manakala satu lagi disebut sebagai bidaah hasanah
iaitu bidaah terpuji.
Lantaran itu, benarkah bila memperkatakan atau memperjuangkan agenda Melayu-Islam itu suatu perjuangan ashabiyah yang tercela? Terdapat suara-suara sumbang yang mengklaimkan bahawa memperjuangkan agenda Melayu-Islam adalah suatu perjuangan yang sia-sia, namun jelas pihak ini lantaran tidak memahami apakah makna sebenar ashabiyah, lalu mereka menghukum secara pukal sedangkan perjuangan keatas agenda Melayu-Islam sekiranya dibawah konsep Ashabiyah keagamaan adalah merupakan suatu kewajipan buat semua umat Melayu-Islam.
Ashabiyah, berasal dari kata ashaba yang berarti mengikat dan ashabah dengan makna ikatan. Ashabiyah merujuk pada ikatan sosial budaya yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman pra-lslam. Ibnu Khaldun, cendekiawan Muslim, menjadikannya sebagai konsep sosial dalam bukunya Muqadimmah.
Konsep ashabiyah dalam pandangan Ibn Khaldun memiliki ruang lingkup pengertian yang sempit dan pengertian yang luas. Pengertian yang sempit terbatas pada suatu nasab yang ia sebut nasab khusus, kerana mereka merupakan keluarga yang satu. Sedangkan pengertian luas adalah nasab-nasb lainnya yang disebut nasab umum, yang bergabung bersama nasab yang kuat sebagai suatu sekutu (contohnya perbezaan antara al ashabiyah al Islamiyah iaitu semangat keIslaman dengan al ashabiyah al jinsiyyah iaitu semangat fanatisme kesukuan).
Pandangan Ibn Khaldun terhadap realiti umat Islam pada zamannya, berkaitan dengan konsep pergabungan atau integriti masyarakat multi-etnik dalam rangka menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa yang kukuh. Jika proses tersebut berjalan secara efektif maka anggota masyarakat tidak lagi mempersoalkan asal-usul keturunannya. Ashabiyah yang mereka kembangkan bukan lagi berdasarkan ikatan keturunan, akan tetapi lebih pada hubungan perdagangan, hubungan kerja dan usaha, profesi, idiologi serta kesefahaman (contohnya dari sudut pegangan agama yang sama).
Implikasi dari kesedaran ashabiyah sebegini tentunya akan bertunjak kepada keperluaan adanya suatu pergerakan yang kuat, yang akan menguruskan kepentingan-kepentingan buat kelompok ashabiyah tersebut. Untuk itu secara langsungnya, diperlukan keberadaan pemimpin (contohnya Amir, Ahlu Syura, Sultan dan lain-lain) yang berperanan menjaga dan mencegah terjadinya perpecahan atau permusuhan antara sesama kelompok ashabiyah tersebut. Oleh itu, pemimpin yang sebagai pemegang kekuasaan diberi superioriti (al-taghalluf) atas yang lain dalam hal ‘ashabiyah. Sebaliknya, tanpa keberadaan pemimpin, maka urusan buat kesatuan ashabiyah sebegini, tidak dapat dilaksanakan secara efektif atau berkesan.
Superioriti (al-taghalluf) ini dimengertikan sebagai kedaulatan (al-mulk), yang melebihi cakupan pengertian kepemimpinan (al-riyasat). Al’Riyasat, adalah keadaan menjadi pemimpin atau ketua suku yang dipatuhi oleh sukunya, namun tidak ada kekuasaan penuh dalam urusan memimpin. Sementara al-mulk, adalah boleh dikatakan lazimnya suatu superioriti yang memiliki kekuasaan penuh dalam urusan memimpin.
Sebuah ikatan ashabiyah yang kuat akan menguasai semua ikatan ashabiyah lain yang ada sehingga menjelma menjadi suatu koalisi atau gabungan ashabiyah yang lebih besar, seperti menjadi sebuah kenegaraan dengan memiliki superioriti keatas rakyat golongannya, dan seterusnya memungkinkan menjadi superioriti atas rakyat dari ashabiyah-ashabiyah lain yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya. Sebaliknya, jika ashabiyah yang satu sama kuatnya dengan ashabiyah yang lain, maka masing-masing akan tetap menguasai daerah dan rakyartnya sendiri, sebagaimana halnya kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa diseluruh dunia.
Akan tetapi, jika satu ashabiyah menaklukkan ashabiyah yang lainnya dan diantara mereka terjalin hubungan akrab, maka pihak yang menang akan memperoleh tambahan kekuatan dari pihak yang kalah. Namun sebaliknya pihak yang kalah pada suatu saat akan menuntut kekuasaan dan superrioriti yang lebih baik, sehingga kekuatannya akan dapat menyamai pihak yang menang dan berkuasa. Kemuncaknya, jika ashabiyah yang menang dan berkuasa sudah melemah, dan diantara mereka tidak ada yang mampu mempertahankan kekuasaan yang mereka raih, maka ashabiyah yang baru akan muncul dan lalu merebut kekuasaan. Disamping itu juga adanya kemungkinan ashabiyah yang baru berkuasa, bersekutu dengan ashabiyah-ashabiyah yang lain yang memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan politiknya.
Jadi menurut Ibn Khaldun, konsep ashabiyah dikaitkan dengan agama adalah kekuatan suatu ashabiyah yang tidak cukup hanya bergantung kepada kekuatan fisikal, tetapi ianya juga wajar memiliki kekuatan moral yang didasarkan pada agama dan akhlaq. Semangat keberagamaan merupakan jawapan serta solusi buat mencegah dari terjadinya pertentangan dan perpecahan dalaman yang diikat oleh ashabiyah sebegini. Dari itu, suatu pemerintahan (daulat) akan dapat tegak dan menjadi kukuh oleh agama. Al-mulk, tercapai lantaran superioriti, superioriti diperoleh kerana ashabiyah, serta bersatunya kehendak dan jiwa untuk mencapai tujuan buat menegakkan agama Allah.
Demikian pula peranan da’wah dapat menambah kekuatan ashabiyah keagamaan yang menjadi dasar tegaknya daulah, sebab agama dapat mengendalikan persaingan dan permusuhan diantara pendukung ashabiyah, dan membimbing mereka ke arah dan tujuan yang satu serta maksud hidup yang satu. Dengan demikian, jatuh bangunnya suatu daulah, dalam pemikiran Ibn Khaldun, sangat bergantung pada superioriti suatu ‘ashabiyah terhadap yang lainnya. Ashabiyah keagamaan, kewujudannya menyatukan umat buat kemashlahatan bersama, membimbing umat kepada kebenaran hakiki dan seterusnya mempertahankan kebenaran tersebut.
Lantaran itu, benarkah bila memperkatakan atau memperjuangkan agenda Melayu-Islam itu suatu perjuangan ashabiyah yang tercela? Terdapat suara-suara sumbang yang mengklaimkan bahawa memperjuangkan agenda Melayu-Islam adalah suatu perjuangan yang sia-sia, namun jelas pihak ini lantaran tidak memahami apakah makna sebenar ashabiyah, lalu mereka menghukum secara pukal sedangkan perjuangan keatas agenda Melayu-Islam sekiranya dibawah konsep Ashabiyah keagamaan adalah merupakan suatu kewajipan buat semua umat Melayu-Islam.
Ashabiyah, berasal dari kata ashaba yang berarti mengikat dan ashabah dengan makna ikatan. Ashabiyah merujuk pada ikatan sosial budaya yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman pra-lslam. Ibnu Khaldun, cendekiawan Muslim, menjadikannya sebagai konsep sosial dalam bukunya Muqadimmah.
Konsep ashabiyah dalam pandangan Ibn Khaldun memiliki ruang lingkup pengertian yang sempit dan pengertian yang luas. Pengertian yang sempit terbatas pada suatu nasab yang ia sebut nasab khusus, kerana mereka merupakan keluarga yang satu. Sedangkan pengertian luas adalah nasab-nasb lainnya yang disebut nasab umum, yang bergabung bersama nasab yang kuat sebagai suatu sekutu (contohnya perbezaan antara al ashabiyah al Islamiyah iaitu semangat keIslaman dengan al ashabiyah al jinsiyyah iaitu semangat fanatisme kesukuan).
Pandangan Ibn Khaldun terhadap realiti umat Islam pada zamannya, berkaitan dengan konsep pergabungan atau integriti masyarakat multi-etnik dalam rangka menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa yang kukuh. Jika proses tersebut berjalan secara efektif maka anggota masyarakat tidak lagi mempersoalkan asal-usul keturunannya. Ashabiyah yang mereka kembangkan bukan lagi berdasarkan ikatan keturunan, akan tetapi lebih pada hubungan perdagangan, hubungan kerja dan usaha, profesi, idiologi serta kesefahaman (contohnya dari sudut pegangan agama yang sama).
Implikasi dari kesedaran ashabiyah sebegini tentunya akan bertunjak kepada keperluaan adanya suatu pergerakan yang kuat, yang akan menguruskan kepentingan-kepentingan buat kelompok ashabiyah tersebut. Untuk itu secara langsungnya, diperlukan keberadaan pemimpin (contohnya Amir, Ahlu Syura, Sultan dan lain-lain) yang berperanan menjaga dan mencegah terjadinya perpecahan atau permusuhan antara sesama kelompok ashabiyah tersebut. Oleh itu, pemimpin yang sebagai pemegang kekuasaan diberi superioriti (al-taghalluf) atas yang lain dalam hal ‘ashabiyah. Sebaliknya, tanpa keberadaan pemimpin, maka urusan buat kesatuan ashabiyah sebegini, tidak dapat dilaksanakan secara efektif atau berkesan.
Superioriti (al-taghalluf) ini dimengertikan sebagai kedaulatan (al-mulk), yang melebihi cakupan pengertian kepemimpinan (al-riyasat). Al’Riyasat, adalah keadaan menjadi pemimpin atau ketua suku yang dipatuhi oleh sukunya, namun tidak ada kekuasaan penuh dalam urusan memimpin. Sementara al-mulk, adalah boleh dikatakan lazimnya suatu superioriti yang memiliki kekuasaan penuh dalam urusan memimpin.
Sebuah ikatan ashabiyah yang kuat akan menguasai semua ikatan ashabiyah lain yang ada sehingga menjelma menjadi suatu koalisi atau gabungan ashabiyah yang lebih besar, seperti menjadi sebuah kenegaraan dengan memiliki superioriti keatas rakyat golongannya, dan seterusnya memungkinkan menjadi superioriti atas rakyat dari ashabiyah-ashabiyah lain yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya. Sebaliknya, jika ashabiyah yang satu sama kuatnya dengan ashabiyah yang lain, maka masing-masing akan tetap menguasai daerah dan rakyartnya sendiri, sebagaimana halnya kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa diseluruh dunia.
Akan tetapi, jika satu ashabiyah menaklukkan ashabiyah yang lainnya dan diantara mereka terjalin hubungan akrab, maka pihak yang menang akan memperoleh tambahan kekuatan dari pihak yang kalah. Namun sebaliknya pihak yang kalah pada suatu saat akan menuntut kekuasaan dan superrioriti yang lebih baik, sehingga kekuatannya akan dapat menyamai pihak yang menang dan berkuasa. Kemuncaknya, jika ashabiyah yang menang dan berkuasa sudah melemah, dan diantara mereka tidak ada yang mampu mempertahankan kekuasaan yang mereka raih, maka ashabiyah yang baru akan muncul dan lalu merebut kekuasaan. Disamping itu juga adanya kemungkinan ashabiyah yang baru berkuasa, bersekutu dengan ashabiyah-ashabiyah yang lain yang memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan politiknya.
Jadi menurut Ibn Khaldun, konsep ashabiyah dikaitkan dengan agama adalah kekuatan suatu ashabiyah yang tidak cukup hanya bergantung kepada kekuatan fisikal, tetapi ianya juga wajar memiliki kekuatan moral yang didasarkan pada agama dan akhlaq. Semangat keberagamaan merupakan jawapan serta solusi buat mencegah dari terjadinya pertentangan dan perpecahan dalaman yang diikat oleh ashabiyah sebegini. Dari itu, suatu pemerintahan (daulat) akan dapat tegak dan menjadi kukuh oleh agama. Al-mulk, tercapai lantaran superioriti, superioriti diperoleh kerana ashabiyah, serta bersatunya kehendak dan jiwa untuk mencapai tujuan buat menegakkan agama Allah.
Demikian pula peranan da’wah dapat menambah kekuatan ashabiyah keagamaan yang menjadi dasar tegaknya daulah, sebab agama dapat mengendalikan persaingan dan permusuhan diantara pendukung ashabiyah, dan membimbing mereka ke arah dan tujuan yang satu serta maksud hidup yang satu. Dengan demikian, jatuh bangunnya suatu daulah, dalam pemikiran Ibn Khaldun, sangat bergantung pada superioriti suatu ‘ashabiyah terhadap yang lainnya. Ashabiyah keagamaan, kewujudannya menyatukan umat buat kemashlahatan bersama, membimbing umat kepada kebenaran hakiki dan seterusnya mempertahankan kebenaran tersebut.
Saturday, May 11, 2013
Kajian keatas pengertian Kebangsaan/Nasionalisme - 1
Secara etimologi : Kebangsaan/Nasionalisme berasal dari perkataan “nasional” dan “isme” iaitu mengandungi makna kesedaran dan semangat kecintaan pada tanah air, memiliki kebanggaan sebagai suatu bangsa atau memelihara kehormatan bangsanya, memiliki rasa simpati terhadap musibah dan kekurangan bangsanya atau sebaliknya iaitu merasa gembira diatas keberuntungan saudara setanah air, sebangsa dan senegaranya.
Kebangsaan/Nasionalisme ditampilkan dalam beberapa kategori dimana lazimnya kategori-kategori tersebut saling kait-mengait atau mencampur-aduk antaranya. Kategori-kategori tersebut adalah:
1 - Nasionalisme sivik (atau nasionalisme sivil), sejenis nasionalisme dimana negara memperolehi kesahihan politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula dinyatakan oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku bertajuk On the Social Contract (atau dalam Bahasa Melayu "Mengenai Kontrak Sosial").
2 - Nasionalisme etnik adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperolehi kesahihan politik dari budaya asal atau etnik sesebuah masyarakat. Ia dinyatakan oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa German untuk "rakyat").
Nasionalisme organik atau nasionalisme identiti adalah lanjutan dari nasionalisme etnik dimana negara memperolehi kesahihan politik secara semulajadi ("organik") hasil daripada sesuatu bangsa atau ras.
3 - Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperolehi kesahihan politik dari budaya bersama atau kesamaan dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
4 - Nasionalisme kenegerian ialah variasi kepada nasionalisme sivik, selalunya digabungkan dengan nasionalisme etnik. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehinggakan ia diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri atau dearah itu selalunya kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokratik. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu hujah yang ulung, seolah-olah ia membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri.
5 - Nasionalisme keagamaan ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperolehi "political legitimacy" dari persamaan agama.
Bertolak dari pengertian kategori-kategori tersebut maka dapat disimpulkan bahawa nasionalisme adalah kefahaman yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diberikan kepada sesuatu iaitu bangsa atau negaranya, dengan maksud bahawa individu sebagai warga-negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan fikirannya demi kemajuan, kehormatan untuk menegakan kedaulatan buat bangsa atau negaranya.
Terdapat juga dua perbezaan akan apa itu kebangsaan/nasionalisme iaitu pertamanya dalam pengertian sempit: kefahaman kebangsaan yang berlebihan dengan memandang bangsa sendiri lebih tinggi (unggul) dari bangsa lain. Kefahaman ini sering disebut dengan istilah “Chauvinisme”. Chauvinisme seperti Zionis yang mengagungkan bangsa Yahudinya atau Adolf Hitler mengagungkan bangsa Jermannya, dimana ianya adalah suatu yang bersifat negatif atau suatu yang membawa kepada keburukan.
Manakala kebangsaan/Nasionalisme dalam pengertian yang luas, iaitu kefahaman kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airnya dengan memandang bangsanya itu merupakan sebahagian dari bangsa-bangsa lain didunia ini yang memiliki hak-haknya tersendiri.
Bersambung...
Tuesday, April 09, 2013
Hutang
Zaman kredit membuat insan semakin kedekut? Dizaman kredit yang mudah didapati diwaktu ini, menyebabkan ramai yang terjerat terutama diatas keinginan memiliki apa yang dikatakan terbaik atau terbaru. Tambahan atas sifat ingin menonjolkan diri sebagaimana falsafah Melayu, "biar papa asal bergaya", ramai yang tidak teragak-agak atau memikirkan jalan lain, terus berhutang dalam mengejar arus duniawi.
Dari itu juga, ramai yang bukan sahaja semakin berbangga-bangga dengan apa yang dimiliki (secara kredit) malah semakin menjadi sifat kedekutnya lantaran hutang keliling pinggan yang ditanggung. Dan semakin dikejar kebendaan, semakin tenggelam diri dalam lautan kebendaan yang semakin membukit.
Hutang terutamanya lantaran hajat hidup seperti memiliki tempat kediaman mahupun kenderaan menyebabkan ramai yang kehidupannya hanyalah untuk membayar hutang-hutang yang mengelilinginya. Dan masalah yang timbul memberati adalah harga-harga barang yang dihajati seperti kenderaan, iaitu dari membeli yang murah atau second-hand berlandaskan kemampuan diri, dibelinya sesuatu yang mahal yang melebihi kemampuan diri. Atau rumah kediamannya yang bukan hanya sebuah dimiliki malah mahu dimiliki 2-3 buah tetapi kemampuan diri amatlah terhad.
Lantaran itu, perkara-perkara yang lebih penting dalam kehidupan diri seperti menunaikan haji mahupun hanya umrah, tidak dapat dilakukan. Dan malah yang lebih parah adalah bila kehidupan terikat dengan riba lantaran bunga yang sewajarnya dibayar atas hutangnya.
Friday, March 08, 2013
Ketagihan Whatsapp, FB dll?
Whatsapp menjadi salah satu ketagihan buat
ramai insan termasuk yang telah berumur. WhatsApp adalah alat seperti
mana-mana peranti komunikasi yang lain dalam kehidupan seharian, namun
penggunaan smsnya yang amat mudah serta malah terbuka melintasi
segala sempadan membuat ramai yang menjadi ketagihan dan meletakkan
sepenuhnya perhatian dalam kehidupan seharian hanya pada message-message
yang diterima serta dibalas-baik tidak kira apa sahaja termasuk
bahan-bahan umpatan.
Terdapat banyak perkara dalam kehidupan sebenarnya yang layak mendapat lebih perhatian. Kita hanya perlu berfikir untuk seketika dan kita akan mendapati berjuta-juta perkara yang kita harus mengutamakannya namun perkembangan dunia modern komunikasi ini menyebabkan ramai yang tenggelam didalamnya lalu mensia-siakan waktu-waktu kehidupan mereka yang berharga.
Contohnya, ramai dahulunya berjiwa kreatif, menghasilkan setiap waktu banyak perkara seperti penulisan, lukisan, jahitan, bertukang dan sebagainya, namun bila tenggelam dalam dunia komunikasi ini, mereka meninggalkan perkara yang baik ini atau hanya sedikit waktu diperuntukkan untuk berkreatif.
Dan lebih parah dari itu, amal solehan yang dikerjakan semakin berkurangan samada dari sudut jumlahnya mahupun kualitinya. Dari sibuk memenuhi waktu dengan zikir, bacaan Al-Quran, solat sunat menziarahi sesamanya dan lain-lain amalan yang baik, ramai yang tenggelam dalam dunia modern komunikasi seperti Facebook, whatsapp dan lain-lain.
- Dari itu, sentiasalah kita berpesan-pesan sesama kita kearah kebaikan. Arus dunia sentiasa membadai tetapi dengan pelampung-pelampung yang dilontarkan, mereka yang tenggelam boleh juga bergayut...
Terdapat banyak perkara dalam kehidupan sebenarnya yang layak mendapat lebih perhatian. Kita hanya perlu berfikir untuk seketika dan kita akan mendapati berjuta-juta perkara yang kita harus mengutamakannya namun perkembangan dunia modern komunikasi ini menyebabkan ramai yang tenggelam didalamnya lalu mensia-siakan waktu-waktu kehidupan mereka yang berharga.
Contohnya, ramai dahulunya berjiwa kreatif, menghasilkan setiap waktu banyak perkara seperti penulisan, lukisan, jahitan, bertukang dan sebagainya, namun bila tenggelam dalam dunia komunikasi ini, mereka meninggalkan perkara yang baik ini atau hanya sedikit waktu diperuntukkan untuk berkreatif.
Dan lebih parah dari itu, amal solehan yang dikerjakan semakin berkurangan samada dari sudut jumlahnya mahupun kualitinya. Dari sibuk memenuhi waktu dengan zikir, bacaan Al-Quran, solat sunat menziarahi sesamanya dan lain-lain amalan yang baik, ramai yang tenggelam dalam dunia modern komunikasi seperti Facebook, whatsapp dan lain-lain.
- Dari itu, sentiasalah kita berpesan-pesan sesama kita kearah kebaikan. Arus dunia sentiasa membadai tetapi dengan pelampung-pelampung yang dilontarkan, mereka yang tenggelam boleh juga bergayut...
Wednesday, January 30, 2013
Ikan Yin Yang - kekejaman insan
Kekejaman
insan, ikan dimasak hidup-hidup, dan dihidangkan dalam keadaan ikan
tersebut begitu kesakitan lantaran digoreng, dipotong, dibubuh perasa
dan dimakan dagingnya. Inilah salah satu contoh bagaimana cinta dan syahwat insan boleh membawa insan kelembah kekejaman, kedurjanaan, tidak berperi-kemanusian dan berkelakuan lebih rendah tarafnya dari haiwan. Cintakan suasana riang bersama keluarga atau teman sekeliling, suasana jamuan yang disusun indah, suasana harmoni sambil menikmati juadah yang menselerakan tetapi atas syahwat yang tidak dikawal, tidak diindahkan langsung kesengsaraan ikan yang digoreng dan diratah sedangkan ikan tersebut masih dalam keadaan hidup.
- This dish, called “yin yang fish” or
“dead-and-alive fish,” which features a deep fried fish with its head
still twitching, due to the great cruelty inflicted on the fish, is
popular in China.
When diners pick the fresh meat with their
chopsticks, they can watch the fish’s stirring mouth, cry from
suffering. This is total an cruel act to animals and shows no respect or
mercy for life of others.
The fish’s which stare with his eyes
at those who eating him alive and left a great suffer to him that no
one can imaging will surely meet again all those people in Yaumul
Qiyamah (day of resurrection) for the higher price bill which they need
to pay in hell.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tajuk
Abbasiyah
(1)
altruisme - ikram
(3)
Aqidah
(1)
art video
(20)
Austronesia
(10)
Bahasa dan penampilan
(5)
Bangsa Melayu
(7)
batas sempadan
(9)
Berita
(15)
Besi
(1)
Biography solihin
(1)
Budaya dan pengertiannya
(16)
catitan
(2)
cerdik/bodoh dan antaranya
(6)
cetusan minda
(8)
cinta dan syahwat
(3)
Doha - Qatar
(2)
Eid Mubarak
(5)
falsafah
(2)
Fantasia falasi
(3)
Fibonacci
(1)
Filem
(2)
fitrah
(1)
Fungsi seni
(1)
gangsa
(1)
hukum
(6)
huruf
(2)
hutang
(1)
ijtima
(1)
Iklan
(2)
imitasi dan memori
(1)
infiniti
(5)
jalan2
(2)
kebangsaan/nationalisme
(2)
kebebasan bersuara
(1)
Kelahiran kesenian yang mengubah warna dunia.
(1)
Kembali sebentar tentang erti seni (Islam)
(1)
kerja otak
(1)
Kesenian dunia Islam
(1)
komunikasi
(1)
konsep kendiri
(3)
konspirasi
(1)
Lagu
(1)
Lentok tangan
(1)
Malaysia
(3)
Masa
(10)
Maslahah atau mafsadah
(1)
Maya (ilusi)
(4)
Melaka
(1)
Melayu
(2)
Melayu dan Islam
(9)
minda
(2)
musik
(2)
nukilan rasa
(1)
Pantang dalam berkarya
(1)
Pause
(6)
Pembetulan sejarah
(3)
Pengajian dan pengertian budaya
(1)
Perasaan dan pemikiran
(5)
Persepsi / Tanggapan
(6)
pointillism
(2)
populasi dunia
(9)
Produk sejarah
(11)
Program dan hayat
(2)
prosa
(4)
ramadan
(2)
realiti - kenyataan
(7)
Sajak
(22)
Sangkaan
(2)
sebab dan akibat
(18)
sejarah
(14)
sejarah Islam Nusantara
(1)
sejarah Melayu
(4)
Sejarah mengubah/terubah
(5)
Sejarah seni dalam kehidupan insan
(1)
Sejarah video
(1)
Seni Bahasa
(2)
Seni dalam imiginasi
(1)
seni kata
(1)
Seni logam
(3)
Seni textil (budaya berpakaian)
(2)
Seni-seni mempertahankan diri
(1)
sound
(1)
Srivijaya
(3)
Sunda
(6)
Tahap kesederhanaan
(1)
Tahap-tahap kehidupan
(14)
tenung bintang
(1)
Terkesan dengan suasana
(2)
Tradisional dalam makna
(1)
Ukuran dan kayu pengukurnya
(2)
updated
(1)
Usia manusia
(3)
vision
(1)
wang
(7)
Wujudkah kosong?
(2)
zarzh slide
(12)
Paut-paut
- Cillah mind blog
- Chill garage blog
- Zar art mind
- Mind zikir
- zarzh scribd
- Fukaahah - joke
- dzar-ardh web
- Zar homepage mind
- Cengkerik Web
- zarq-biru web
- zar4freesurf web
- The Salam blog
- Made from words
- Salaam.co.uk art
- Azhar 313 blog
- Ismadi-Fade to black
- Kepaknyamuk blog
- Dj Irwan blog
- Ziarah76 blog
- Ben Krenmaut blog
- Hamka k.mayat blog
- Fakir Fikir blog
- 2121 Studio blog
- Abdullah Jones blog
- Rayau menyasau blog
- Payabesarpedas blog
- Jiwarasa blog
- Gayour Blog
- Dunia penyair
- Risalah proseni.blog
- Pyanhabib blog
- Rajawali art gallery
- Sketsa Azlan Adam
- akhi zubair blog
- Zar Travel Mind
- Zanas wordpress
- Line clear.com
- Oweis art
- Jamil Art
- Muslim Directory